Di tengah keindahan Pulau Saparua, Maluku, berdiri kokoh sebuah saksi bisu masa lampau yang penuh gejolak: Benteng Duurstede Saparua. Benteng ini bukan sekadar struktur batu tua, melainkan monumen sejarah kolonial Belanda yang menyimpan cerita panjang perjuangan rakyat Maluku melawan penjajahan. Keberadaannya hingga kini menjadi pengingat penting akan warisan sejarah bangsa.
Pembangunan Benteng Duurstede Saparua dimulai pada tahun 1676 oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, sebagai bagian dari strategi mereka untuk menguasai perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala, di Maluku. Letaknya yang strategis di pesisir Pulau Saparua menjadikannya benteng pertahanan yang vital untuk mengawasi jalur pelayaran dan aktivitas penduduk. Bentuknya yang kokoh dengan dinding tebal dan beberapa bastion menunjukkan fungsi utamanya sebagai kubu pertahanan. Di dalam benteng terdapat barak prajurit, gudang senjata, dan ruang pertemuan. Catatan sejarah menyebutkan bahwa banyak sekali pekerja lokal yang dipaksa ikut membangun benteng ini dengan kondisi yang berat. Penjaga benteng, Bapak Karel, yang sudah bertugas sejak tahun 1980-an, sering menjelaskan detail arsitektur dan sejarah benteng kepada para pengunjung.
Benteng Duurstede Saparua menjadi sangat terkenal karena perannya dalam Perang Pattimura pada tahun 1817. Di bawah pimpinan Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura, rakyat Maluku melancarkan serangan dahsyat untuk merebut benteng ini dari tangan Belanda. Pada 16 Mei 1817, pasukan Pattimura berhasil merebut benteng, membunuh seluruh penghuni Belanda, termasuk Residen Van Den Berg. Peristiwa ini menjadi salah satu episode paling heroik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebuah prasasti di dalam benteng kini menjadi pengingat akan keberanian Kapitan Pattimura dan pasukannya. Setiap tahun pada tanggal 16 Mei, upacara peringatan Perang Pattimura sering diadakan di area benteng, dihadiri oleh tokoh masyarakat dan perwakilan pemerintah daerah, seperti yang terjadi pada peringatan tahun 2024.
Saat ini, Benteng Duurstede Saparua telah menjadi salah satu objek wisata sejarah yang penting di Maluku. Pengunjung dapat menjelajahi setiap sudut benteng, merasakan aura sejarahnya, dan membayangkan kembali perjuangan heroik yang pernah terjadi di sana. Pemerintah Provinsi Maluku, melalui Dinas Pariwisata, pada rapat kerja 10 Juni 2025 di Ambon, telah memasukkan benteng ini sebagai salah satu destinasi utama dalam promosi pariwisata sejarah. Dengan demikian, Benteng Duurstede Saparua akan terus menjadi pengingat akan perjuangan, ketahanan, dan semangat kemerdekaan yang patut diteladani oleh generasi mendatang.